Sebelum kita mengetahui jawaban dari judul tulisan ini, mari kita cari tahu apa itu penalaran.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Setelah semua fakta dan data terkumpul dan teruji, maka peran penalaranpun dibutuhkan. Bisa dengan metode induktif ataupun deduktif tergantung dari sifat data dan kebutuhan sang peneliti. Oleh karena itu proses penalaran ilmiah tidak akan pernah terlepas untuk mencari dan menghasilkan sebuah kesimpulan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Metode Penalaran
- Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Macam-macam Penalaran Deduktif
- Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. - Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Letak kalimat utama di awal paragraf
- Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus
- Diakhiri dengan penjelasan
- Silogisme
- Metode Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab. Sebagai contoh, jika kita mendapat tes setiap Selasa selama tiga bulan terakhir, kita akan memiliki tes Selasa depan (dan setiap hari Selasa setelah itu).
Penalaran induktif melibatkan mencapai kesimpulan tentang hal-hal yang tidak teramati atas dasar apa yang telah diamati. Induksi digunakan secara teratur di bidang-bidang seperti arkeologi, di mana kesimpulan tentang masa lalu dari sekarang dibuat. Induksi juga bisa dibuat di luar angkasa, seperti di astronomi, di mana kesimpulan tentang seluruh alam semesta yang diambil dari sejumlah pengamatan yang kita mampu buat.
Mengapa Perlu Adanya Penalaran Ilmiah?
Untuk mendapatkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan dari suatu penelitian ilmiah, dibutuhkan banyak fakta yang dikumpulkan dan harus melalui tahap pengujian untuk dicari tahu kebenaran dari fakta tersebut.Setelah semua fakta dan data terkumpul dan teruji, maka peran penalaranpun dibutuhkan. Bisa dengan metode induktif ataupun deduktif tergantung dari sifat data dan kebutuhan sang peneliti. Oleh karena itu proses penalaran ilmiah tidak akan pernah terlepas untuk mencari dan menghasilkan sebuah kesimpulan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.