Senin, Mei 09, 2016

Abstrak dan Daftar Pustaka

Contoh Abstrak yang Benar

contoh abstrak pada penulisan ilmiah - Aldi Unanto
Contoh Daftar Pustaka yang Benar

contoh daftar pustaka - Aldi UnantoAturan Membuat Abstrak Dalam PI/Skripsi

Struktur penulisan sebuah abstrak yang terjadi saat ini menggambarkan ketidakpastian konsep atau ketidakjelasan panduan yang dimiliki tentang susunan yang jelas dari sebuah abstrak. Alasan atau pandangan atas perbedaan yang terjadi di dunia akademik tidak dibahas dalam tulisan ini karena saat ini yang lebih penting meluruskan dan atau menyamakan pandangan tentang penulisan sebuah abstrak yang baik. Penulisan sebuah abstrak harusnya memperhatikan:
  1. Struktur Paragraf.
    Sebuah abstrak ditulis dalam satu paragraf yang menerangkan keseluruhan isi tulisan secara singkat dan jelas.
  2. Jumlah kata.
    Idealnya sebuah paragraf terdiri dari 150 sampai dengan 200 kata. Namun, pertimbangan jumlah kata yang paling tepat dalam penulisan Skripsi, Tesis, ataupun disertasi biasanya bergantung pada pertimbangan pandangan pembimbing (supervisor) yang mendampingi seorang mahasiswa dalam penulisannya.
  3. Isi paragraf.
    Pada saat pembimbingan, seorang supervisor mengedepankan 4 bagian empiris dari sebuah abstrak. Pertama, indentifikasi fokus penelitian dijelaskan secara singkat agar pembaca memahami apa yang diamati oleh seorang peneliti di dalam penelitiannya. Kedua, penulis perlu menggambarkan secara jelas desain penelitian yang dilakukan dalam proses pencarian jawaban atau solusi atas persoalan yang diangkat di dalam penelitiannya. Desain langkah penyelesaian masalah ini oleh mahasiswa lazim dikenal dengan istilah Metode Penelitian. Ketiga, selanjutnya penulis akan menjelaskan hasil temuannya kepada pembaca. Beberapa peneliti menganggap hasil temuan yang diungkap tidak perlu mengungkap pembahasan yang dilakukan karena hal itu justru akan membuat pengulangan isi tulisan. Jelas maksudnya karena bagian pembahasan temuan penelitian juga diurai di dalam bagian kesimpulan. Keempat, perlunya bagian kesimpulan di dalam sebuah tulisan juga terlihat di dalam sebuah abstrak yang tetap mendapatkan perhatian penting sebagai bagian akhir dari paragraf. Pada bagian ini kadangkala sejumlah peneliti menyisipkan rekomendasi penelitian namun tanpa pembahasan atau uraian yang panjang.

Kesimpulan: Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia maksimal 250 kata, 1 spasi,dengan 5 – 6 kata kunci, huruf Arial 11 point. Intisari berisi latar belakang, metode penelitian dan hasil yang dirangkai secara utuh dan mampu mewakili isi makalah.

Aturan Menyusun Daftar Pustaka Dalam PI/Skripsi


Rujukan yang diambil sebagai referensi dapat berasal dari berbagai sumber, tidak hanya buku. Oleh sebab itu, diperlukan cara penulisan daftar pustaka yang benar. Rujukan yang berupa kutipan juga harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Daftar pustaka biasa diletakkan di bagian akhir.
Saat ini terdapat berbagai macam format yang umum digunakan dalam penulisan daftar pustaka seperti format MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psychological Association). Selain kedua format tersebut, terdapat juga format-format khusus untuk bidang ilmu tertentu seperti kedokteran, biologi, kimia, hukum, dan lainnya.
Secara umum, teknik penulisan daftar pustaka yang lazim digunakan di Indonesia biasanya mengurutkan nama keluarga si penulis dari A hingga Z. Baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, sedangkan baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam. Jarak antar baris biasanya adalah 1,5 spasi.
Terdapat empat unsur yang wajib dicantumkan dalam setiap daftar pustaka. Meskipun kita menggunakan format penulisan daftar pustaka yang berbeda-beda, namun keempat unsur ini tetap harus ada. Keempat unsur tersebut adalah:
  1. Nama penulis atau pengarang
  2. Tahun diterbitkannya tulisan atau karangan
  3. Judul buku atau artikel
  4. Data publikasi yang berisi kota penerbit dan nama perusahaan penerbit.


Sumber Diambil dari Buku
Untuk daftar pustaka yang sumbernya diambil dari buku, maka semua unsur di atas wajib dimasukkan dengan urutan: nama belakang penulis, nama depan (boleh disingkat), tahun penerbitan, judul buku, kota asal, dan penerbit. Berikut adalah contoh dari buku yang ditulis oleh satu pengarang:
Badudu, J.S. 1985. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Jika buku tersebut ditulis oleh dua pengarang, maka semua namanya harus ditulis. Penulis pertama ditulis sebagaimana ketentuan, sedangkan nama penulis kedua ditulis dengan urutan biasa. Di antara kedua nama tersebut disisipkan kata “and” atau “dan”. Contoh:
Chambers, J.K. and Peter Trudgill. 1980. Dialectology. New York: Cambridge University Press.
Jika buku tersebut ditulis oleh lebih dari dua orang, maka penulis pertama ditulis sebagaimana ketentuan kemudian ditambahkan singkatan “dkk.” atau “et al.” di belakangnya. Contoh:
Gilman, Sander, et al. 1993. Hysteria Beyond Freud. Berkeley: U of California.
Jika beberapa buku ditulis oleh seorang penulis yang sama, maka nama penulis cukup ditulis satu kali pada buku pertama, sedangkan untuk buku berikutnya cukup dibuat garis sepanjang 7 ketukan dan diakhiri dengan titik. Judul buku diurutkan berdasarkan tahun terbitnya. Contoh:
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik I: Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Eresco.
——-. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Eresco.
Sedangkan apabila tahun diterbitkannya sama, maka harus dibubuhkan huruf a,b, dan seterusnya di belakang tahunnya. Contoh:
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993a. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.
——- 1993b. Semantik I: Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Eresco.
Jika buku tersebut merupakan hasil terjemahan, maka setelah penulisan judul bukunya harus ditambah kata “Trans.” dan juga nama penerjemahnya. Contoh:
Homer. 1996. The Odyssey. Trans. Robert Fagles. New York: Viking.
Jika buku tersebut merupakan hasil suntingan, maka dibelakang nama penyunting atau editor harus ditambah kata”Ed.” dalam tanda kurung. Contoh:
Philip, H.W.S. and Simpson, G.L. (Ed.). 1976. Australia in the World of Education Today and Tomorrow. Canberra: Australian National Commission.
Jika buku tersebut merupakan edisi lanjutan dari edisi-edisi sebelumnya, maka edisinya tersebut harus dituliskan. Contoh:
Gabriel, J. 1970. Children Growing Up: Development of Children’ Personality (third ed.). London: University of London Press.
Sumber Diambil dari Artikel
Jika kita mengambil sumber dari artikel yang terdapat pada buku kumpulan artikel, maka kita harus mencantumkan judul artikel tersebut disertai dengan judul dan pengarang bukunya. Contoh:
Russel, T. 1998. “An Alternative Conception: Representing Representation”. Dalam P.J. Black & A. Lucas (Eds.), Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.

Sumber Diambil dari Internet
Saat ini internet juga menjadi salah satu referensi pembuatan tulisan yang cukup banyak digunakan. Hingga saat ini format penulisan daftar pustaka dari internet masih banyak diperdebatkan mengingat terlalu banyaknya variasi tulisan yang ada di internet.
Namun secara umum, penulisan daftar pustaka yang bersumber dari internet harus mencantumkan nama penulis, tahun, judul, alamat situs tempat tulisan tersebut dipublikasi, dan tanggal tulisan tersebut diakses. Berikut adalah contoh format jika kita mengambil dari tulisan perorangan:
Thomson, A. 1998. The Adult and the Curriculum, (Online), (http:/ /www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/1998/thompson.homl. diakses 30 Maret 2000).
Sedangkan bila artikel tersebut diambil dari jurnal online, maka kita juga harus mencantumkan edisi atau volume dari jurnal tersebut. Contoh:
Supriadi, D. 1999. Restructuring the Schoolbook Provision System in Indonesia: Some Recent Initiatives dalam Educational Policy Analysis Archives, (Online), vol 7, (http:/ /epaa.asu.edu /epaa/v7n7. Html, diakses 17 Maret 2000).
Apabila sumber tulisan tersebut diambil dari forum diskusi online, maka kita harus mencantumkan tanggal tulisan tersebut dibuat serta alamat forum onlinenya. Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 Februari 2010).
Email juga dapat dijadikan referensi sebuah tulisan. Format penulisan daftar pustakanya harus menyertakan pengirim serta penerima email tersebut. Contoh:
Naga, D.S. (ikip-jkt@indo.net.id). 1 Oktober 2009. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah (jippsi@mlg.ywcn.or.id).

Sumber Diambil dari Majalah dan Koran
Majalah dan koran alias surat kabar juga menjadi sumber rujukan favorit untuk jenis tulisan tertentu. Jika kita mengambil rujukan dari artikel yang terdapat pada sebuah majalah, maka kita juga harus mencantumkan nama majalah, edisi penerbitan, serta halaman dari artikel tersebut. Contoh:
Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.
Format serupa juga berlaku jika kita mengambil referensi dari koran, di mana kita harus mencantumkan nama koran, tanggal penerbitan, dan juga halaman dari artikel tersebut. Contoh:
Cipto, B. 2000, 27 April. Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi Reformasi Bisa Runtuh. Pikiran Rakyat, halaman 8.
Sedangkan apabila kita mengambil artikel atau berita dari koran yang tidak ada nama penulisnya, maka cukup untuk menulis nama koran tersebut di awalnya. Contoh:
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, halaman 3.

Sumber dari Undang-Undang dan Dokumen Resmi
Penulisan daftar pustaka yang diambil dari undang-undang dan dokumen resmi tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Untuk tulisan yang diambil dari sebuah dokumen resmi, maka kita harus mencantumkan instansi yang mengeluarkan dokumen tersebut. Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud.
Sedangkan untuk undang-undang, peraturan pemerintah, keppres, dan berbagai dokumen lain yang berkaitan dengan negara, maka cara menulis daftar pustaka nya seperti ini:
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Lembaran Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara. Jakarta.

Sumber Diambil dari Video, Film, atau Wawancara
Video dan film sering dijadikan sebagai rujukan untuk tulisan di bidang tertentu. Untuk rujukan yang bersumber dari video, maka kita harus mencantumkan pembuat video tersebut beserta dengan durasi videonya. Contoh:
Burke, J. 2009. Distant Voices, BBC Videocasette, London, UK. 45 mins.
Jika sumber yang kita ambil merupakan sebuah film, maka kita harus mencantumkan produser dari film tersebut beserta dengan durasinya. Contoh:
Oldfield, B. (Producer) 1977. On the Edge of the Forest. Tasmanian Film Corporation. Hobart, Austraalia, 30 mins.
Sedangkan untuk sumber dari sebuah wawancara, maka kita harus menuliskan orang yang diwawancarai, topik wawancara, pewawancara, dan juga waktu publikasinya. Contoh:
Indrayana, Deny. 2010. Kasus Gayus Tambunan. Wawancara oleh Global TV dan ditayangkan 27 Maret, pukul 19.15.

Sumber:
http://bacaterus.com/2014/11/cara-menulis-daftar-pustaka/
http://cara.media/membuat-atau-menulis-daftar-pustaka/
http://dosen.ung.ac.id/ivanrismipolontalo/home/2013/1/24/penulisan_abstrak_dalam_sebuah_karya_tulis_ilmiah.html

Tidak ada komentar: